Sabtu, 01 Agustus 2015

Muhammadiyah: Pemilihan Panjang, Berjenjang-Jenjang dan Tak Gampang



Pidato iftitah Prof Din Syamsuddin, sidang tanwir pra Muktamar Muhamadiyah ke-47, di Auditorium Al-Amien Kampus Unismuh
Makassar. (Foto: SyamB)







-------

Muhammadiyah: Pemilihan Panjang, Berjenjang-Jenjang dan Tak Gampang


Makassar-- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Din Syamsuddin mengharapkan muktamar berjalan lancar, berkualitas, dan bermartabat. Dikatakan isu-isu strategis berkaitan keumatan dan kebangsaan akan diangkat pada muktamar kali ini  dan menjadi tugas pengurus selanjutnya.
“Muktamar berkualitas dan bermartabat dengan musyawarah yang sesuai tuntunan, diharapkan menjadi uswah bagi yang lain”, ungkapnya. Hal ini disampaikan pada sidang tanwir Pra Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Auditorium al Amin Universitas Muhammadiyah(UNISMUH) Makassar, Sabtu (01/08).

Sidang tanwir merupakan sidang tertinggi kedua setelah Muktamar, tanwir mengandung arti penting bagi gerakan Muhammadiyah yang kita beri predikat dengan nama Dakwah Tanwiriyah yaitu dakwah pencerahan yang disepakati pada muktamar terakhir tahun 2010 di Jogjakarta dengan arti  pembebasan, pemberdayaan  dan pemajuan. Oleh karena itulah konten utama yang kita angkat pada Muktamar kali ini yakni Islam berkemajuan yang merupakan  Visi Keislaman Muhammadiyah, bukan hal baru tapi merupakan kelanjutan dari Pounding Father kita KH. Ahmad Dahlan 1912, dan musti kita lanjutkan. 

Isu hangat yang akan diangkat pada Muktamar kali ini; Pertama, menukilkan model dakwah pencerahan yang dapat diterapkan. Din menganggap keberagamaan umat Islam saat ini banyak bersifat ritual semata, melupakan  implementasi atau bentuk aksi nyata bahwa ia seorang Muslim.  Ia pun menegaskan agar warga Muhammadiyah jangan hanya jago kandang, musti go internasional.
Kedua, menggenjot model dakwah komunitas yang merupakan revivalisai dari GJDJ. Selama ini sebagian kita ketika keluar bersama yang lain seolah melupakan identidas dirinya sebagai Muhammmadiyah, tambahnya. 

Ketiga, penegasan wawasan kebangsaan Muhammadiyah, menurut pak Din wacana ini dianggap sudah semi final. Pada poin ketiga ini Muhammadiyah : 1. Ingin menegaskan komitmennya terhadap negara Pancasila. Negara sebagai Darul Ahdi(Kesepakatan) dan Syuhadah(Pembuktian). 2. Melihat kondisi bangsa yang kadang krisis air, Muahmmadiyah menegaskan musti ada fiqih air, dengan merevie UU Air. 3. Melanjutkan Jihad konstitusi, “tidak ada titik berhenti, harus diteruskan”, ungkap Pak Din.

Kubu-kubuan Muhammadiyah

Suasana sidang tanwir di auditorium al amin
Universitas Muhammadiyah Makassar
(Foto: SyamB)


Pak Din mengingatkan untuk tidak terjadi kubu-kubuan. Menurutnya, ini demi masa depan dan kemurnian Muhammadiyah untuk masa yang akan datang. 

Din Syamsuddin menampik isue pemilihan ketua PP Muhammadiyah yang didukung oleh politik luar  “Sistem pemilihan di Muhammaddiyah yang panjang, berjenjang-jenjang dan tak gampang itu, sebenarnya kurang memungkinkan ada intervensi dari pihak luar, tapi boleh jadi ada dan memang dalam kenyataanya ada, paling tidak ada upaya. Tapi alhamdulillah tidak manpan, saya meyakini watak independen Muhammadiyah masih cukup kuat. ” katanya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, pihak yang didukung dari politik luar itu justru ditolak oleh Muktamar. 

Bagi Din, Muhammadiyah terbilang unik dalam sistem pemilihan. Dampaknya besar sebab yang terpilih adalah yang terbaik dengan mengantongi dukungan dominan kader.


“Beberapa lembaga mulai melirik sistem kita. Saya berharap sekali tidak ada kubu. Saya juga secara pribadi, tidak ada yang diunggulkan. Semua calon kita, posisinya sama,” katanya. (*SyamB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar